dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (Qs. Al Fatihah:1)
Pernahkah kita mengenal seseorang? Bagaimanakah cara kita mengenalnya pertama kali, memasukkan nama, sifat fisik (ciri-ciri), sifat abstrak (kepribadian) orang tersebut ke dalam memori kita, sehingga kita bahkan akan masih ingat seterusnya walau Cuma bertemu dengannya sekali saja. Ya, betul. Kesan pertama-lah yang membuat perkenalan itu hanya akan menjadi ajang basa-basi atau gerbang silaturrahim anda seterusnya. Luar bisaa…! Allah guides us..friends.. Dalam surat pertama secara struktural dalam penyusunan mushaf Al Qur’an, yakni surat Al fatihah, ayat pertama, Dia ingin kita, mengundang kita untuk lebih intens lagi untuk menyebut-Nya, dan adakah perantara terbaik bagi kita dalam menetapkan (mengitsbatkan) sesuatu di dalam hati dan pikiran selain lewat pengucapan berulang-ulang lewat lisan.
Dari sini kita renungkan lagi… Dia ingin kita menyebut asma-Nya berulang kali-minimal kita membaca al fatihah 17 kali sehari semalam dalam rakaat shalat maktubah, belum lagi jika kita terbiasa shalat sunnah dan membaca basmalah tiap memulai pekerjaan baik-tentunya Dia juga mencintai kita selaku hamba-Nya…ciptaan-Nya… Terkait dengan ciptaan Allah, mari kita klasifikasikan secara global saja ke dalam dua kelompok: islam dan non-islam. Di sini, kita break dulu. Saya teringat dua ayat qur’an yang lain:
Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. (QS. Ali Imron:19)
tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); (QS. Al Baqoroh:256)
Secara sekilas, kedua ayat tersebut seakan-akan ada semacam ironi. Di mana dalam satu ayat Allah mengakui secara sah satu-satunya agama yang haq, yakni Islam. Sedangkan Dia tidak memaksakan kepada manusia-para hambanya-untuk memeluk satu agama tersebut. Kalaupun Allah mau, Dia sangat punya kuasa untuk membuat ayat-ayat “pemaksaan agama” untuk mendampingi dan menguatkan ayat pertama, mengganti ayat kedua yang terlihat “lebih moderat”, yang kadang bisa disalah-tafsirkan orang islam dan non-islam yang awam qur’an, bahwa Tuhan mengakui semua agama di dunia. Pemikiran tersebut juga bisa didasari bahwa orang-orang dengan latar belakang agama apapun, bias sukses dalam menjalani kehidupan mereka. Tiliklah Bill Gates yang terkenal sukses dengan Microsoft-nya yang merajai dunia, bukan karena kesalehannya. Tanyakan juga kepada Adolf Hittler atau Albert Einstein, berapa kali mereka keluar-masuk tempat ibadah? Kadang..kita berpikir, banyak muslim saudara kita yang kaya raya, tapi jauh lebih banyak lagi yang Cuma bias makan sekali dalam sehari… Tentunya bukan Allah yang salah sasaran dalam memberi rizki. Kita yang mungkin perlu merekonstruksi perkenalan kita dengan Ilahi.
Dari 99 nama (al asmaul husna) yang Dia miliki, dalam perkenalan awal dengan kita di surat Al Fatihah, Dia memilih dua sifat yang disandingkan dengan lafadh jalalah, yakni Ar Rahman dan Ar Rahim. Seperti kita ketahui dalam berbagai ulasan panjang lebar tentang kedua asma tersebut yang termaktub dalam kitab-kitab tafsir qur’an klasik dan modern, bahwa keduanya, walaupun punya satu kesamaan (sama-sama berasal dari satu unsur pengertian: kasih), tapi beda dalam aplikasinya. Ar rahman mengandung sifat kasih-Nya yang jama’ untuk semua makhluk-Nya yang hidup di dunia fana ini. Muda-tua, kecil-besar, islam-kafir, semua mendapat bagian rizki masing-masing, Cuma porsinya yang berbeda. Siapa yang menyangka bahwa orang afrika bias manjadi miss universe? Tak ada pula yang mengira bahwa kapal kebanggan inggris, Titanic, akan hanya menjadi rongsokan di palung atlantik dalam sekejap waktu? Maka janganlah seorang muslim suudhon pada Rabbnya. Ingatlah kawan, kita masih leading satu poin. Satu investasi mesa depan yang diciptakan Allah atas nama cinta-Nya pada kita, asma-Nya Ar rahim dihadiahkan khusus untuk kita umat islam sedunia mulai dari Adam AS. Sampai umat Nabi Muhammad SAW yang terakhir, yang mengaku menjadi hamba-Nya dengan sebenar-benar hamba. Mengakui keberadaan-Nya sebagai Tuan dan Tuhan satu-satunya. Mengabdi penuh kepadanya dengan hanya mengharap ridlo semata dan tanpa berpikir jero (dalam-dalam) tentang upah dalam mengabdi pada Sang Maha Kaya. Sifat Ar Rahim mengandung kasih sayang yang lebih khusus bagi hamba-hamba yang menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dengan bekal tauhid di dada. Menjanjikan kita kehidupan yang jauh lebih sempurna di alam keabadian dalam nuansa rahmat-Nya.
So, bukankah dua asma tersebut sudah cukup bagi kita, untuk mematri dalam sanubari, tentang perkenalan akan cinta pertama manusia, cinta sejati yang tak lekang waktu, tak pernah pergi ataupun mati suri, abadi dalam berbagai dimensi. Dan ketika gerbang kasih itu kita buka, akan Nampak gerbang-gerbang asma-Nya yang lain sebagai panduan bagi kita untuk menjalani hidup penuh cinta. Allah, melalui ajang perkenalannya yang pertama, mengajarkan kita cinta sesama, tanpa memandang bulu dan rupa. Menghargai mereka yang telah diberi anugrah kehidupan oleh Allah SWT. Tentunya, kehidupan yang berbalut cinta. Dengan keajaiban cinta pula, basmalah dapat menyembuhkan berbagai penyakit hati. Dengan dual-engine rahmat-Nya, Allah membuka cakrawala ilmu Al Qur’an yang tiada batasnya, untuk kita yang mau memahaminya secara kaaffah dan tidak hanya setengah-setengah membuka di senggang waktu kita.
Nas’alullaaharridlo wal hudaa bil qur’aan.. Wassalamu’alaikum warohmatulloh..
Kudus, 15 muharram 1433 H.
ayyubi.rois@gmail.com / al_ayyubi260492@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar